Minggu, 10 April 2016

MENETAPKAN FOKUS PENELITIAN



MENETAPKAN FOKUS PENELITIAN

UIN
 











LITERATUR REVIEW
Dipresentasikan Dalam Seminar Matakuliah Metode Penelitian Sosial & Agama
Semester I Kelompok I Tahun Akademik 2014/2015
Ahad, 26 April 2015

Oleh

Ahmad Ari Suhud
80200214025

Dosen Pemandu:


Prof. Dr. H. Muhammad Ramli, M.Si.
Dr. H. Abd. Rasyid Masri, S.Ag,.M.Pd,. M.Si





PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN
MAKASSAR
2015

 

BAB I
PENDAHULUAN

Penelitian merupakan kegiatan yang kerap dilakukan oleh kalangan awam,akademisi atau ilmuan, untuk mencapai hasil-hasil yang memuaskan dibutuhkan metedeologi penelitian yang meliputi langkah-langkah, proses yang sistematis serta didukung oleh data yang akurat dan terfokus pada permasalahan yang ingin dicapai.
Setiap seseorang yang akan melakukan penelitian maka tak lain titik tolak utamanya adalah bersumber pada masalah, baik itu merupakan jenis penelitian apapun, karena tanpa masalah penelitian itu tidak dapat dilaksanakan. Pada saat seseorang atau sekelompok orang akan melakukan penelitian sudah harus dipikirkan dan dirumuskan secara jelas, sederhana dan tuntas. Hal itu disebabkan oleh seluruh unsur penelitian lainnya akan berpangkal pada perumusan masalah tersebut.
Perumusan masalah kadang-kadang dianggap sepele atau dipandang enteng oleh calon peneliti, yang akan melakukan penelitian, hal itu dapat dilihat pada usulan penelitian yang perumusan masalahnya tidak mantap sama sekali. Tekadang mengambang dan bahkan terlalu meluas sehingga pada saat penelitian itu sama sekali tidak menghasilkan hasi penelitian yang maksimal.
Mengfokuskan penelitian itu merupakan hal yang sangat diperlukan karena banyak calon peneliti melupakan hal ini, atau bahkan mereka merumuskan maslah yang tidak terfokus sehingga membuat hasil penelitiannya tidak akurat dan dan hanya menghasilkan penelitian yang apa adanya.
Contoh konkritnya fokus penelitian mempunyai makna batasan penelitian, karena dalam lapangan penelitian banyak gejala yang meyangkut tempat, pelaku, dan aktifitas, namun tidak semua tempat, pelaku dan aktifitas kita teliti semua. untuk menentukan pilihan penelitian maka harus membuat batasan yang dinamakan fokus penelitian.

















BAB II
PEMBAHASAN

MENETAPKAN FOKUS PENELITIAN
A.    Pembatasan Masalah Melalui Fokus
Pada dasarnya penelitian itu tidak dilakukan dari sesuatu yang kosong sama sekali melainkan dilakka berdasarkan presepsi seorang terhadap adanya suatu masalah, demikian pula dalam alam ini tidak ada masalaha hanya manusia itu sendiri yang mempersepsikan adanya masalah itu.
Menurut Lincoln dan Guba penentuan masalah bergantung pada paradigm apakah yang dianut oleh seorang peneliti/calon peneliti, apakah ia sebagai peneliti  maka dia harus fokus pada “masalah” yang akan diteliti.
Masalah adalah lebih daripada sekedar pertanyaan, dan jelas berbeda dengan tujuan. Masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang membingunkan, faktor yag berhubungan tersebut dalam hal ini mungkin berupa konsep, data empiris, pengalaman, atau unsur lainnya.
Tujuan suatu penelitian adalah memecahkan masalah, hal itu dilakukan dengan jalan menyimpulkan sejumlah pengetahuan yang memadai dan yang mengarah pada upaya untuk memahami atau menjelaskan faktor-faktor yang berkaitan tersebut.

Ada dua maksud tertentu yang peneliti  ingin mencapainya dalam hal menetapkan fokus. Pertama, penetapan fokus dapat membatasi studi. Jadi dalam hal ini fokus akan membatasi bidang  inkuiri. Misalnya jika kita membatasi diri pada upaya menemukan teori dari dasar, maka lapangan penelitian lainnya tidak akan kita manfaatkan lagi.
Kedua penetapan fokus itu berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi atau memasukkan dan mengeluarkan (inclusion dan exclusion criteria) suatu informan yang baru diperoleh dilapangan. Dengan bimbingan dan arahan suatu fokus, seorang peneliti tahu persis data mana yang perlu dikumpulkan dan mana pula yang tidak, jadi dengan penetapan fokus yang jelas dan mantap seorang peneliti dapat membuat keputusan yang tepat tentang data mana yang akan dikumpulkan dan mana yang tidak perlu dijamah ataupun mana yang akan dibuang.
Penetapan fokus atau masalah dalam penelitian bagaimanapun akhirnya akan dipastikan sewaktu peneliti sudah berada di arena atau lapangan penelitian. Dengan kata lain walaupun rumusan masalah sudah cukup baik dan telah dirumuskan atas dasar penelaahan kepustakaan dan dengan ditunjang oleh sejumlah pengalaman tertentu, bisa terjadi situasi dilapangan tidak memungkinkan peneliti untuk meneliti masalah itu.
Sebagai contoh Kuntjaraningrat, antropolog terkenal pada mulanya ingin meneliti industri kopra rakyat di daerah patai utara Irian Jaya. Akan tetapi ketika ia berada disana 1963, ternyata banyak pohon kelapa yang masih produktif dan sarana angkutan serta pemasarannya yang sudah mundur. Oleh karena itu, ia mengalihkan perhatiannya kepada masalahan hubungan kekerabatan yang “renggang” di Irian (kuntjaraningrat dan Emmerson, ed 1985:102)
Dari contoh di atas jelas bahwa perumusan fokus atau masalah dalam penelitian kualitatif bersifat tentatif, artinya peyempurnaan rumusan fokus atau masalah itu masih tetap dilakukan sewaktu peneliti sudah berada di lokasi penelitian.
Rumusan masalah atau fokus yang dapat berubah dan dapat disempurnakan itu akan memberikan warna tersendiri pada penelitian kualitatif. Penelitian klasik menganggap bahwa perubahan demikian sama sekali akan merusak inkuirinya karena hipoteshis yang sudah pasti apabila berubah, variabelnya ikut berubah dan pasti ada sejumlah variable pengganggu yang merusak masalah penelitian. Sebaliknya pada penelitian kualitatif, peneliti justru mengharapkan adanya perubahan demikian dan mengantisipasi bahwa bahwa desain yang muncul akan diberi isi dan warna olehnya.
 Penelitian ilmiah justru menganggap perubahan demikian bukan merusak atau destruktif, melainkan malah konstruktif karena perubahan yang terjadi merupakan tanda adanya gerakan kearah penyempurnaan dan kearah tingkat inkuiri yang berpandangan luas
B.        Menentukan Fokus Masalah dan Unit Analisis
1.      Fokus Masalah
Seringkali terjadi seorang peneliti mengalami kebingungan setelah sekian lama proses penelitian berjalan. Kebingungan itu antara lain disebabkan oleh tidak adanya fokus yang jelas dari kasus, fenomena atau permasalahan yang sesungguhnya hendak diteliti. Tidak sedikit pula seorang peneliti tidak mengetahui dengan persis permasalahan yang sesungguhnya hendak diteliti.
Tidak sedikit pula seorang peneliti tidak mengetahui dengan persis permasalahan, hasil atau temuan dari penelitian yang telah dilaksanakan. Akibatnya, tidak sedikit seorang peneliti yang setelah diuji oleh penguji atau ketika ditanya oleh pemesannya mengalami kebingungan, tahu banyak masalah tetapi tidak mampu mendesain pengetahuannya itu menjadi ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Jujun S.Sumantri menyebut peneliti seperti ini (penelitian yang tidak fokus) sebagai seorang pemborong bangunan bukan seorang arsitek (Sumantri, 1987).
Dalam penelitian kualitatif, rumusan masalah biasanya dikemukakan dalam bentuk fokus penelitian yang relative masih abstrak dan tentative, sedangkan dalam penelitian kuantitatif biasanya dikemukakan dalam bentuk rumusan masalah yang bersifat pasti, rinci dan baku.
Fokus penelitian adalah fokus permasalahan yang dipilih untuk diteliti, kemampuan nenetukan fokus penelitian dengan baik akan berpengaruh positif terhadap hasil penelitian. Dengan fokus yang jelas seorang peneliti dapat memilih dan memilah data yang benar-benar fungsional. Artinya data yang tidak berkaitan dengan fokus masalah walaupun menarik bagi peneliti untuk sementara ditinggalkan, dan sebaliknya data yang relevans harus dikejar walaupun mungkin peneliti kurang tertarik atau mengalami kesulitan dalam pengumpulannya.

Dalam penelitian kualitatif fokus masalah itu masih bersifat tentative dalam arti sewaktu-waktu peneliti ketika berada dilapangan bisa jadi fokusnya berubah sesuai dnegan realitas yang ada. Fokus masalah memang bukan masalah itu sendiri. Fokus masalah adalah arahan pembimbing atau acuan untuk menentukan masalah yang sebenar-benarnya. Masalah sendiri baru dapat dirumuskan apabila peneliti sudah turun ke lapangan penelitian.
2.      Unit Analisis
Unit analisis adalah sesuatu yang berkaitan dengan fokus/komponen yang diteliti. Unit analaisis suaut penelitian dapat berupa individu, kelompok, organisasi, benda, wilayah, dan waktu tertentu sesuai dengan fokus permasalahannya.
a.       Unit analisis yang berupa manusia dapat berarti manusia sebagai individu, keluarga, kelompok/organisasi, komunitas dan masyarakat.
Contohnya: Penelitian Pradjarta Dirdjosanjoto tentang “ Memelihara Umat: Kyai diantara usaha pembangunan dan mempertahankan identitas lokal di daerah Muria”. Dalam penelitian ini unit analisisnya adalah kiai sebagai individu maupun lembaga (lembaga kekiyaian).
b.      Unit analasisi yang berupa organisasi dapat berupa organisasi dalam skala kecil/terbatas, seperti sekolah, pesantren, organisasi mahasiswa jurusan dan lain sebagainya maupun dalam skala besar seperti ormas besar, perusahaan, persyarikatan, pratai politik dan Negara.
Contohnya Penelitian Saifullah tentang “Islam dan Muhammadiyah di Indonesia: Studi Perilaku Politik Muhammadiyah 1912-1995” (1995). Disini unit analisisnya dalah Muhammadiyah Sebagai Organisasi.
c.       Unit analisis yang berupa benda dapat berupa buku, kitab suci, pikiran atau gagasan, naskah, undang-undang, kebijakan-kebijakan, cerita-cerita rakyat, adat, dan sebagainya.
Contohnya penelitian yang dilakukan oleh Muin Salim tentang “Fiqh Siyasah, Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-Qur’an” 1994. Dalam penelitian ini yan gmejadi unit Analisisnya Adalah Al-Qur’an.
d.      Unit analisis yang berupa wilayah bisa berupa wilayah administrasi tetentu, wilayaha ekologis tertentu atau wilayah social.
Contohnya adalah penelitian Abu Hamid, “Sistem Pendidikan Madrasah dan Pesantren di Sulawesi Selatan” maka yang menjadi analisisnya jelas bahwa Sulawesi Selatan.
e.       Unit analaisis yang berupa waktu adalah dimensi waktu yang relevan dengan persoalan yang diangkat .
Contohnya Penelitian Delair Noer yang mengkaji “Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942”. Waktu 1900-1942 tersebut ditentukan berdasarkan perbedaan pola gerakan sebelumnya (sebelum 1900) yang bersifat mekanik, perorangan, sporadis sedangkan sesudah tahun 1900 telah terorganisir dan terencana. Batas tahun 1942 ditetapkan berdasarkan kehadiran Bala tentara Jepang menguasai Indonesia.

Pentingnya penentuan unit analisis dilakukan oleh peneliti, agar validitas dan reliabilitas penelitian dapat terjaga untuk lebih jelasnya tentang unit analisis penilitian, dapat dilihat dalam List berikut:
Community setting
a.       Batas administrative
b.      Batas ekologis
c.       Batas sosial
Unit analisis/level analisis
a.       Individu
b.      Kelaurga
c.       Kelompok/organisasi
d.      Komunitas
e.       Masyarakat
Fokus/fenomena
a.       Social
b.      Politik
c.       Ekonomi
d.      Agama



BAB III
KESIMPULAN

Suatu penelitian tidak dimulai dari sesuatu yang vakum atau kosong. Implikasinya, peneliti seyogyanya membatasi masalah studinya dengan fokus. Fokus pada dasarnya adalah masalahn yang bersumber dari pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui kepustakaan ilmiah ataupun kepustakaan lainnya. Implikasinya, apabila peneliti merasakan adanya masalah, seyogyanya ia mendalami kepustakaan yang relevan sebelum terjun ke lapangan.
Tujuan penelitian pada dasarnya adalah memecahkan masalah ayng telah dirumuskan implkasinya, masalah perlu dirumuskan terlebih dahulu, barulah tujuan penelitian ditetapkan, bukan sebaliknya.
Fokus atau masalah yang ditetapkan bersifat tentatif, dapat diubah sesuai dengan situasi latar penelitian, implikasinya peneliti tidak perlu kecewa jika masalah atau fokusnya berubah, dengan kata lain biasakan diri peneliti untuk menghadapi perubahan dalam masalah penelitian.  







DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Abu dan Cholid Narbuko, Metedologi Penelitian, Cet. III Jakarta : Bumi Aksara. 2001.

Hadi, Amirul Haryono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 1998

Lincoln, Yvonna S., & Egon G. Guba, Naturalistic Inquiry, Beverly Hills: Sage Publication, 1985.

Margono, Metode Peneletian Pendidikan, Jakarta; Rineka Cipta, 1997

Moleong, Lexy. J., Metode Penelitian Kulitatif, Cet. 13 Bandung: Remaja Rosdakarya. 2000.

Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan,Jakarta; PT. Bumi Aksara. 2011

Suparyogo, Imam dan Tobroni, Metode Penelitian Sosial dan Agama, Cet.1, Bandung: Remaja Rosdakarya. 2001.