MENETAPKAN
FOKUS PENELITIAN
![]() |
LITERATUR
REVIEW
Dipresentasikan Dalam Seminar
Matakuliah Metode Penelitian Sosial &
Agama
Semester I Kelompok I Tahun
Akademik 2014/2015
Ahad, 26 April
2015
Oleh
Ahmad Ari Suhud
80200214025
Dosen Pemandu:
Prof. Dr. H. Muhammad Ramli, M.Si.
Dr. H. Abd. Rasyid Masri, S.Ag,.M.Pd,. M.Si
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
Penelitian
merupakan kegiatan yang kerap dilakukan oleh kalangan awam,akademisi atau
ilmuan, untuk mencapai hasil-hasil yang memuaskan dibutuhkan metedeologi
penelitian yang meliputi langkah-langkah, proses yang sistematis serta didukung
oleh data yang akurat dan terfokus pada permasalahan yang ingin dicapai.
Setiap
seseorang yang akan melakukan penelitian maka tak lain titik tolak utamanya
adalah bersumber pada masalah, baik itu merupakan jenis penelitian apapun,
karena tanpa masalah penelitian itu tidak dapat dilaksanakan. Pada saat
seseorang atau sekelompok orang akan melakukan penelitian sudah harus
dipikirkan dan dirumuskan secara jelas, sederhana dan tuntas. Hal itu
disebabkan oleh seluruh unsur penelitian lainnya akan berpangkal pada perumusan
masalah tersebut.
Perumusan
masalah kadang-kadang dianggap sepele atau dipandang enteng oleh calon
peneliti, yang akan melakukan penelitian, hal itu dapat dilihat pada usulan
penelitian yang perumusan masalahnya tidak mantap sama sekali. Tekadang
mengambang dan bahkan terlalu meluas sehingga pada saat penelitian itu sama
sekali tidak menghasilkan hasi penelitian yang maksimal.
Mengfokuskan
penelitian itu merupakan hal yang sangat diperlukan karena banyak calon
peneliti melupakan hal ini, atau bahkan mereka merumuskan maslah yang tidak
terfokus sehingga membuat hasil penelitiannya tidak akurat dan dan hanya
menghasilkan penelitian yang apa adanya.
Contoh konkritnya fokus penelitian mempunyai
makna batasan penelitian, karena dalam lapangan penelitian banyak gejala yang
meyangkut tempat, pelaku, dan aktifitas, namun tidak semua tempat, pelaku dan
aktifitas kita teliti semua. untuk menentukan pilihan penelitian maka harus
membuat batasan yang dinamakan fokus penelitian.
BAB II
PEMBAHASAN
MENETAPKAN FOKUS PENELITIAN
A.
Pembatasan
Masalah Melalui Fokus
Pada dasarnya
penelitian itu tidak dilakukan dari sesuatu yang kosong sama sekali melainkan
dilakka berdasarkan presepsi seorang terhadap adanya suatu masalah, demikian
pula dalam alam ini tidak ada masalaha hanya manusia itu sendiri yang
mempersepsikan adanya masalah itu.
Menurut Lincoln
dan Guba penentuan masalah bergantung pada paradigm apakah yang dianut oleh
seorang peneliti/calon peneliti, apakah ia sebagai peneliti maka dia harus fokus pada “masalah” yang akan
diteliti.
Masalah adalah
lebih daripada sekedar pertanyaan, dan jelas berbeda dengan tujuan. Masalah
adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih
yang menghasilkan situasi yang membingunkan, faktor yag berhubungan tersebut
dalam hal ini mungkin berupa konsep, data empiris, pengalaman, atau unsur
lainnya.
Tujuan suatu
penelitian adalah memecahkan masalah, hal itu dilakukan dengan jalan
menyimpulkan sejumlah pengetahuan yang memadai dan yang mengarah pada upaya
untuk memahami atau menjelaskan faktor-faktor yang berkaitan tersebut.
Ada dua maksud
tertentu yang peneliti ingin mencapainya
dalam hal menetapkan fokus. Pertama, penetapan fokus dapat membatasi
studi. Jadi dalam hal ini fokus akan membatasi bidang inkuiri. Misalnya jika kita membatasi diri
pada upaya menemukan teori dari dasar, maka lapangan penelitian lainnya tidak
akan kita manfaatkan lagi.
Kedua penetapan
fokus itu berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi atau
memasukkan dan mengeluarkan (inclusion dan exclusion criteria) suatu
informan yang baru diperoleh dilapangan. Dengan bimbingan dan arahan suatu fokus,
seorang peneliti tahu persis data mana yang perlu dikumpulkan dan mana pula
yang tidak, jadi dengan penetapan fokus yang jelas dan mantap seorang peneliti
dapat membuat keputusan yang tepat tentang data mana yang akan dikumpulkan dan
mana yang tidak perlu dijamah ataupun mana yang akan dibuang.
Penetapan fokus
atau masalah dalam penelitian bagaimanapun akhirnya akan dipastikan sewaktu
peneliti sudah berada di arena atau lapangan penelitian. Dengan kata lain
walaupun rumusan masalah sudah cukup baik dan telah dirumuskan atas dasar
penelaahan kepustakaan dan dengan ditunjang oleh sejumlah pengalaman tertentu,
bisa terjadi situasi dilapangan tidak memungkinkan peneliti untuk meneliti
masalah itu.
Sebagai contoh
Kuntjaraningrat, antropolog terkenal pada mulanya ingin meneliti industri kopra
rakyat di daerah patai utara Irian Jaya. Akan tetapi ketika ia berada disana
1963, ternyata banyak pohon kelapa yang masih produktif dan sarana angkutan
serta pemasarannya yang sudah mundur. Oleh karena itu, ia mengalihkan
perhatiannya kepada masalahan hubungan kekerabatan yang “renggang” di Irian
(kuntjaraningrat dan Emmerson, ed 1985:102)
Dari contoh di atas
jelas bahwa perumusan fokus atau masalah dalam penelitian kualitatif bersifat
tentatif, artinya peyempurnaan rumusan fokus atau masalah itu masih tetap
dilakukan sewaktu peneliti sudah berada di lokasi penelitian.
Rumusan masalah atau fokus yang dapat berubah
dan dapat disempurnakan itu akan memberikan warna tersendiri pada penelitian
kualitatif. Penelitian klasik menganggap bahwa perubahan demikian sama sekali
akan merusak inkuirinya karena hipoteshis yang sudah pasti apabila berubah,
variabelnya ikut berubah dan pasti ada sejumlah variable pengganggu yang
merusak masalah penelitian. Sebaliknya pada penelitian kualitatif, peneliti
justru mengharapkan adanya perubahan demikian dan mengantisipasi bahwa bahwa
desain yang muncul akan diberi isi dan warna olehnya.
Penelitian ilmiah justru menganggap perubahan
demikian bukan merusak atau destruktif, melainkan malah konstruktif karena
perubahan yang terjadi merupakan tanda adanya gerakan kearah penyempurnaan dan
kearah tingkat inkuiri yang berpandangan luas
B.
Menentukan
Fokus Masalah dan Unit Analisis
1.
Fokus Masalah
Seringkali
terjadi seorang peneliti mengalami kebingungan setelah sekian lama proses
penelitian berjalan. Kebingungan itu antara lain disebabkan oleh tidak adanya
fokus yang jelas dari kasus, fenomena atau permasalahan yang sesungguhnya
hendak diteliti. Tidak sedikit pula seorang peneliti tidak mengetahui dengan
persis permasalahan yang sesungguhnya hendak diteliti.
Tidak sedikit
pula seorang peneliti tidak mengetahui dengan persis permasalahan, hasil atau
temuan dari penelitian yang telah dilaksanakan. Akibatnya, tidak sedikit
seorang peneliti yang setelah diuji oleh penguji atau ketika ditanya oleh
pemesannya mengalami kebingungan, tahu banyak masalah tetapi tidak mampu
mendesain pengetahuannya itu menjadi ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Jujun
S.Sumantri menyebut peneliti seperti ini (penelitian yang tidak fokus) sebagai
seorang pemborong bangunan bukan seorang arsitek (Sumantri, 1987).
Dalam
penelitian kualitatif, rumusan masalah biasanya dikemukakan dalam bentuk fokus
penelitian yang relative masih abstrak dan tentative, sedangkan dalam
penelitian kuantitatif biasanya dikemukakan dalam bentuk rumusan masalah yang
bersifat pasti, rinci dan baku.
Fokus
penelitian adalah fokus permasalahan yang dipilih untuk diteliti, kemampuan
nenetukan fokus penelitian dengan baik akan berpengaruh positif terhadap hasil
penelitian. Dengan fokus yang jelas seorang peneliti dapat memilih dan memilah
data yang benar-benar fungsional. Artinya data yang tidak berkaitan dengan
fokus masalah walaupun menarik bagi peneliti untuk sementara ditinggalkan, dan
sebaliknya data yang relevans harus dikejar walaupun mungkin peneliti kurang
tertarik atau mengalami kesulitan dalam pengumpulannya.
Dalam
penelitian kualitatif fokus masalah itu masih bersifat tentative dalam arti
sewaktu-waktu peneliti ketika berada dilapangan bisa jadi fokusnya berubah
sesuai dnegan realitas yang ada. Fokus masalah memang bukan masalah itu
sendiri. Fokus masalah adalah arahan pembimbing atau acuan untuk menentukan
masalah yang sebenar-benarnya. Masalah sendiri baru dapat dirumuskan apabila
peneliti sudah turun ke lapangan penelitian.
2.
Unit Analisis
Unit analisis adalah sesuatu yang berkaitan
dengan fokus/komponen yang diteliti. Unit analaisis suaut penelitian dapat
berupa individu, kelompok, organisasi, benda, wilayah, dan waktu tertentu
sesuai dengan fokus permasalahannya.
a.
Unit analisis yang berupa manusia dapat berarti
manusia sebagai individu, keluarga, kelompok/organisasi, komunitas dan
masyarakat.
Contohnya: Penelitian Pradjarta Dirdjosanjoto
tentang “ Memelihara Umat: Kyai diantara usaha pembangunan dan
mempertahankan identitas lokal di daerah Muria”. Dalam penelitian ini unit
analisisnya adalah kiai sebagai individu maupun lembaga (lembaga kekiyaian).
b.
Unit analasisi yang berupa organisasi dapat
berupa organisasi dalam skala kecil/terbatas, seperti sekolah, pesantren,
organisasi mahasiswa jurusan dan lain sebagainya maupun dalam skala besar
seperti ormas besar, perusahaan, persyarikatan, pratai politik dan Negara.
Contohnya Penelitian Saifullah tentang “Islam
dan Muhammadiyah di Indonesia: Studi Perilaku Politik Muhammadiyah 1912-1995”
(1995). Disini unit analisisnya dalah Muhammadiyah Sebagai Organisasi.
c.
Unit analisis yang berupa benda dapat berupa
buku, kitab suci, pikiran atau gagasan, naskah, undang-undang,
kebijakan-kebijakan, cerita-cerita rakyat, adat, dan sebagainya.
Contohnya penelitian yang dilakukan oleh Muin
Salim tentang “Fiqh Siyasah, Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-Qur’an” 1994.
Dalam penelitian ini yan gmejadi unit Analisisnya Adalah Al-Qur’an.
d.
Unit analisis yang berupa wilayah bisa berupa
wilayah administrasi tetentu, wilayaha ekologis tertentu atau wilayah social.
Contohnya adalah penelitian Abu Hamid, “Sistem
Pendidikan Madrasah dan Pesantren di Sulawesi Selatan” maka yang menjadi
analisisnya jelas bahwa Sulawesi Selatan.
e.
Unit analaisis yang berupa waktu adalah dimensi
waktu yang relevan dengan persoalan yang diangkat .
Contohnya Penelitian Delair Noer yang mengkaji
“Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942”. Waktu 1900-1942 tersebut
ditentukan berdasarkan perbedaan pola gerakan sebelumnya (sebelum 1900) yang
bersifat mekanik, perorangan, sporadis sedangkan sesudah tahun 1900 telah
terorganisir dan terencana. Batas tahun 1942 ditetapkan berdasarkan kehadiran Bala
tentara Jepang menguasai Indonesia.
Pentingnya
penentuan unit analisis dilakukan oleh peneliti, agar validitas dan
reliabilitas penelitian dapat terjaga untuk lebih jelasnya tentang unit
analisis penilitian, dapat dilihat dalam List berikut:
Community setting
a.
Batas administrative
b.
Batas ekologis
c.
Batas sosial
Unit
analisis/level analisis
a.
Individu
b.
Kelaurga
c.
Kelompok/organisasi
d.
Komunitas
e.
Masyarakat
Fokus/fenomena
a.
Social
b.
Politik
c.
Ekonomi
d.
Agama
BAB III
KESIMPULAN
Suatu penelitian tidak dimulai dari sesuatu yang
vakum atau kosong. Implikasinya, peneliti seyogyanya membatasi masalah studinya
dengan fokus. Fokus pada dasarnya adalah masalahn yang bersumber dari
pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui
kepustakaan ilmiah ataupun kepustakaan lainnya. Implikasinya, apabila peneliti
merasakan adanya masalah, seyogyanya ia mendalami kepustakaan yang relevan
sebelum terjun ke lapangan.
Tujuan penelitian pada dasarnya adalah
memecahkan masalah ayng telah dirumuskan implkasinya, masalah perlu dirumuskan
terlebih dahulu, barulah tujuan penelitian ditetapkan, bukan sebaliknya.
Fokus atau masalah yang ditetapkan bersifat tentatif,
dapat diubah sesuai dengan situasi latar penelitian, implikasinya peneliti
tidak perlu kecewa jika masalah atau fokusnya berubah, dengan kata lain
biasakan diri peneliti untuk menghadapi perubahan dalam masalah penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Abu
dan Cholid Narbuko, Metedologi Penelitian, Cet. III Jakarta : Bumi
Aksara. 2001.
Hadi, Amirul Haryono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung:
Pustaka Setia, 1998
Lincoln, Yvonna S., & Egon G. Guba, Naturalistic Inquiry,
Beverly Hills: Sage Publication, 1985.
Margono, Metode Peneletian Pendidikan, Jakarta; Rineka
Cipta, 1997
Moleong, Lexy.
J., Metode Penelitian Kulitatif, Cet. 13 Bandung: Remaja Rosdakarya.
2000.
Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan,Jakarta; PT. Bumi
Aksara. 2011
Suparyogo, Imam
dan Tobroni, Metode Penelitian Sosial dan Agama, Cet.1, Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2001.