Minggu, 10 April 2016

PEMIKIRAN TENTANG METODE PENYAMPAIAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM



PEMIKIRAN TENTANG METODE PENYAMPAIAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM












Makalah
Dipresentasikan dalam Seminar Kelas Mata kuliah
Pemikiran Pendidikan Dalam Islam Semester II Tahun Akademik 2015/2016

Oleh:
Abudzar Algifari                        Muhammad Yunus
NIM: 80200214024                    NIM: 80200214033

                       Ahmad Ari Suhud                                Musakkir
NIM: 80200214025                    NIM: 80200214034

Andi Fitriani
NIM: 80200214026


Dosen Pemandu
Prof. Dr. H. Nasir A Baki, MA.
Dr. H. Muh. Sain Hanafy, M.Pd.



PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2016
 


I.             PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Dalam proses pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan, karena ia menjadi sarana yang membermaknakan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan sedemikian rupa sehingga dapat dipahami atau diserap oleh peserta didik menjadi pengertian-pengertian yang fungsional terhadap tingkah lakunya. Tanpa metode, suatu materi pelajaran tidak akan dapat berproses secara efisien dan efektif dalam kegiatan pembelajaran menuju tujuan pendidikan.
Metode pendidikan yang tidak tepat guna akan menjadi penghalang kelancaran jalannya proses pembelajaran, sehingga banyak tenaga dan waktu yang terbuang sia-sia. Metode yang diterapkan oleh seorang pendidik, baru berdaya guna dan berhasil guna jika mampu dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Dalam proses pendidikan Islam, metode yang tepat guna bila ia mengandung nilai yang intrinsik dan ekstrinsik sejalan dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam. Antara metode, kurikulum dan tujuan pendidikan Islam mengandung relevansi ideal dan operasional dalam proses kependidikan. Proses kependidikan Islam mengandung makna internalisasi dan transformasi nilai-nilai Islami ke dalam pribadi peserta didik dalam upaya membentuk pribadi muslim yang beriman, bertakwa dan berilmu pengetahuan yang amaliah mengacu kepada tuntunan agama dan tuntunan kebutuhan hidup masyarakat.


B. Rumusan Masalah
Mengacu pada uraian di atas, maka penulis memberikan beberapa permasalahan yang menjadi ruang lingkup pembahasan dalam makalah ini, yaitu :
1.         Apa pengertian dari metode pendidikan Islam?
2.         Apa dasar dari metode pendidikan Islam?
3.         Apa prinsip-prinsip dari metode pendidikan Islam?
4.         Bagaimana pemikiran para tokoh tentang metode pendidikan Islam?

C.  Tujuan
Adapun tujuan disusunya makalah ini agar kaum pembaca baik itu dikalangan mahasiswa maupun dosen dapat mengetahui, memahami serta mengerti tentang pemikiran para ahli mengenai metode penyampaian dalam pendidikan Islam.

 


II. PEMBAHASAN

A.    Pengertian Metode Pendidikan Islam
Pengertian metode secara etimologi, berasal dari dua perkataan, yaitu meta dan hodos. Meta berarti “melalui” dan Hodos berarti “Jalan” atau “cara”.[1]Menurut Ahmad Husain al-Liqaniy, metode adalah langkah-langkah yang diambil pendidik guna membantu para peserta didik merealisasikan tujuan tertentu.[2]
Metode, dalam bahasa Arab dikenal dengan Istilah thariqah yang berarti langkah-langkah strategis dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.[3] Bila dihubungkan dengan pendidikan, maka startegi tersebut haruslah diwujudkan dalam proses pendidikan, dalam rangka mengembangkan sikap mental dan kepribadian agar peserta didik menerima pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna dengan baik.
Para ahli mendefinisikan metode sebagai berikut:
1.    Hasan Langgulung mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.
2.    Abd. al-Rahman Ghunaimah mendefinisikan bahwa metode adalah cara-cara yang praktis dalam mencapai tujuan pengajaran.
3.     Al-Abrasy mendefinisikan pula bahwa metode adalah, jalan yang kita ikuti untuk memberikan pengertian kepada peserta didik tentang segala macam metode dalam berbagai pelajaran.[4]
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah seperangkat cara, jalan dan teknik yang harus dimiliki dan digunakan oleh pendidik dalam upaya menyampaikan dan memberikan pendidikan pengajaran kepada peserta didik agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang termuat dalam kurikulum yang telah ditetapkan.
Dalam pendidikan yang diterapkan di Barat, metode pendidikan hamper sepenuhnya tergantung kepada kepentingan peserta didik, para pendidik hanya bertindak sebagai motivator, stimulator, fasilitator ataupun hanya sebagai instruktur. Sistem yang cenderung dan mengarah kepada peserta didik sebagai pusat (child centre) ini sangat menghargai adanya perbedaan individu para peserta didik (individual differencies). Hal ini menyebabkan para guru hanya bersikap merangsang dan mengarahkan para siswa mereka untuk belajar dan diberi kebebasan, sedangkan pembentukan karakter hamper kurang menjadi perhatian guru. Akibat penerapan metode yang demikian itu menyebabkan pendidikan kurang membangun watak. Dihubungkan dengan fenomena yang timbul di masyarakat dimana guru semakin tidak dihormati oleh muridnya.
Pada titik awal ini sudah terdapat perbedaan besar antara metode pendidikan Islam dengan metode pendidikan barat yang dianggap sebagai metode pendidikan modern itu. Metode pendidikan Islam sangat menghargai kebebasan Individu, selama kebebasan itu sejalan dengan fitrahnya, sehingga seorang pendidik dalam mendidik tidak dapat memaksa muridnya dengan cara yang bertentangan dengan fitrahnya. Akan tetapi sebaliknya pendidik harus bertanggung jawab dalam membentuk karakter peserta didiknya. Pendidik tidak boleh duduk diam ketika peserta didiknya memilih jalan yang salah.
Upaya pendidik untuk memilih metode  yang tepat dalam mendidik peserta didiknya adalah disesuaikan pula dengan tuntunan agama. Jadi, dalam berhadapan dengan peserta didiknya ia harus mengusahakan agar pelajaran yang diberikan kepada murid-muridnya itu supaya mudah diterima, tidaklah cukup dengan bersikap lemah lembut saja. Ia harus memikirkan metode-metode yang akan digunakannya, seperti memilih waktu yang tepat, materi yang cocok, pendektan yang baik, efektivitas penggunaan metode dan sebagainya. Untuk itu seorang guru dituntut agar mempelajari berbagai metode yang digunakan dalam mengajarkan suatu mata pelajaran, seperti bercerita, mendemonstrasikan, mencobakan, memecahkan masalah, mendiskusikan yang digunakan oleh ahli pendidikan Islam dari zaman dahulu sampai sekarang mempelajari prinsip-prinsip metodologi dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw.
B.    Dasar Metode Pendidikan Islam
Metode pendidikan Islam dalam penerapannya banyak menyangkut permasalahan individual atau sosial peserta didik dana pendidik itu sendiri, sehingga dalam menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan Islam. Sebab metode pendidikan Itu hanyalah merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan, sehingga segala jalan yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah mengacu kepada dasar-dasar metode pendidikan tersebut. Dalam hal ini tidak bisa terlepas dari dasar agama, biologis, psikologis dan sosiologis.


1.    Dasar Agama
Pelaksanaan metode pendidikan Islam, yang dalam prakteknya banyak terjadi diantara pendidik dan peserta didik dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas, memberikan dampak yang besar terhadap kepribadian peserta didik. Oleh karena itu, agama merupakan salah satu dasar metode pendidikan dan pengajaran oleh pendidik.[5]
Al-Quran dan hadis tidak bisa dilepaskan dari pelaksanaan metode pendidikan Islam. Dalam kedudukannya sebagai dasar ajaran Islam maka dengan sendirinya, metode pendidikan Islam harus merujuk kepada kedua sumber ajaran tersebut. Sehingga segala penggunaan dan pelaksanaan metode pendidikan Islam tidak menyimpang dari tujuan pendidikan Islam itu sendiri. Misalnya mata pelajaran olah raga, maka seorang pendidik harus mampu menggunakan metode yang didalamnya terkandung ajaran al-Quran dan hadis, seperti masalah pakaian yang islami dan lain-lain praktek olah raga.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa metode pendidikan Islam berdasarkan kepada agama, dan agama Islam yang menjadi sumber ajarannya adalah al-Quran dan hadis. Sehingga dalam pelaksanaannya metode tesebut disesuaikan dengan kebutuhan yang muncul secara efektif dan efisien yang dilandasi nilai-nilai keduannya (al-Quran dan hadis).
2.    Dasar Biologis
Perkembangan biologis manusia, mempunyai pengaruh dalam perkembangan intelektualnya. Sehingga semakin lama perkembangan biologi seseorang, maka dengan sendirinya makin meningkat pula daya intelektualnya.6[6] Dalam memberikan pendidikan dan pengajaran dalam pendidikan Islam, seorang pendidik harus memperhatikan perkembangan biologis peserta didik.[7]
Perkembangan kondisi jasmani (biologis) seorang juga mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap dirinya.[8] Seseorang yang menderita cacat jasmani akan mempunyai kelemahan dan kelebihan yang  mungkin  tidak  dimiliki oleh orang normal, misalnya seorang yang mempunyai kelainan pada matanya (rabun jauh), maka dia cenderung untuk duduk di bangku bagian depan, karena dia berada didepan, maka dia tidak dapat bermain-main pada waktu pendidik memberikan pelajarannya, sehingga dia memperhatikan seluruh uraian guru. Karena hal ini berlangsung terus menerus, maka dia akan mempunyai pengetahuan lebih disbanding dengan teman lainnya, apalagi dia termotivasi dengan kelainan mata tersebut.
Berdasarkan hal ini, maka dapat dikatakan bahwa perkembangan jasmani dan kondisi jasmani itu sendiri, memegang peranan yang sangat penting dalam proses pendidikan. Sehingga dalam menggunakan metode pendidikan seorang pendidik harus memperhatikann kondisi biologis peserta didik. Seorang peserta didik yang cacat akan berpengaruh terhadap prestasi peserta didik,[9] baik pengaruh positif maupun negatif. Hal ini memberikan hikmah dari penciptaan Tuhan, maka dengan harapan besar pendidik dapat memberikan pengertian secukupnya pada peserta didiknya untuk menerima penciptaan Allah yang sedemikian rupa.


3.    Dasar Psikologis
Metode pendidikan Islam baru dapat diterapkan secara efektif, bila didasarkan pada perkembangan dan kondisi psikologis peserta didik. Sebab perkembangan dan kondisi psikologis peserta didik memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap internalisasi nilai dan transformasi ilmu.[10] Dalam kondisi jiwa yang labil (jiwa yang tidak normal), menyebabkan transformasi ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai akan berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Perkembangan psikologis seseorang berjalan sesuai dengan perkembangan biologisnya, sehingga seorang pendidik dalam menggunakan metode pendidikan bukan hanya memperhatikan psikologi dan biologisnya. Karena seseorang yang secara biologis menderita cacat, maka secara psikologis dia akan merasa tersiksa karena ternyata dia merasakan bahwa teman-temannya tidak mengalami seperti apa yang dideritanya. Dengan memperhatikan hal yang demikian ini, seorang pendidik harus jeli dan dapat membedakan kondisi jiwa peserta didik, karena pada dasarnya manusia tidak ada yang sama.[11]
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam menggunakan metode pendidikan seorang pendidik di samping memperhatikan kondisi jasmani peserta didik juga perlu memperhatikan kondisi jiwa atau rohaninya, sebab manusia pada hakikatnya terdiri dari dua unsur, yakni jasmani dan rohani, yang kedua-duanya merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisah-pisahkan.[12]


4.    Dasar Sosiologis
Inteaksi antara peserta didik dan interaksi antara pendidik dan peserta didik, merupakan interaksi timbal balik yang kedua belah pihak akan saling memberikan dampak positif pada keduannya. Dalam kenyataan secara sosiologis seorang individu dapat memberikan pengaruh pada lingkungan sosial masyarakatnya dan begitu pula sebaliknya. Pendidik dalam berinteraksi dengan peserta didiknya hendaknya memberikan teladan dalam proses sosialisasi dengan pihak lainnya, seperti dikala berhubungan dengan peserta didik, sesame pendidik, karyawan dan kepala sekolah.[13]
Interaksi pendidikan yang terjadi dalam masyarakat justru memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan peserta didik dikala ia berada dilingkungan masyarakatnya. Kadang-kadang interaksi/pengaruh dari masyarakat tersebut, berpengaruh pula terhadap lingkungan kelas dan sekolah.[14]
Dengan demikian dapat dipahami bahwa, dasar penggunaan sebuah metode pendidikan Islam salah satunya adalah dasar sosiologis, baik dalam interaksi yang terjadi antara peserta didik, peserta didik dengan pendidik, peserta didik dengan masyarakat, maupun pendidik dengan masyarakat, bahkan diantara mereka semua dengan pemerintah. Dengan dasar di atas, seorang pendidik dalam menginternalisasikan nilai yang sudah ada dalam masyarakat (sosial value) diharapkan dapat menggunakan metode pendidikan Islam tidak menyimpang jauh dari tujuan pendidikan Islam itu sendiri.[15]



C.    Prinsip-Prinsip Metode Pendidikan Islam
Metode Pendidikan Islam harus digunakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang mampu memberikan pengarahan dan petunjuk tentang pelaksanaan metode pendidikan tersebut sebab dengan prinsip-prinsip itu diharapkan metode pendidikan Islam dapat berfungsi lebih efektif dan efisien dan tidak menyimpang dari tujuan semula dari pendidikan Islam. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Mempermudah
Metode pendidikan yang digunakan oleh pendidik pada dasarnya adalah menggunakan suatu cara yang memberikan kemudahan  bagi  peserta  didik  untuk menghayati dan mengamalkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sekaligus mengidentifikasi dirinya dengan nilai-nilai yang terdapat dalam ilmu pengetahuan dan keterampilan tersebut. Sehingga metode yang digunakan haruslah mampu membuat peserta didik untuk merasa mudah menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan itu.[16] Inilah barangkali yang perlu dipahami oleh seorang pendidik. Pendidik tidak harus menggunakan metode yang muluk-muluk sementara materi yang disampaikan tidak mampu diserap oleh peserta didik. Bagaimana peserta didik akan mengaktualisasikan nilai-nilai materi tersebut, sementara materinya itu sendiri belum dapat diahami dan dikuasai oleh peserta didik.

2.    Berkesinambungan
Berkesinambungan dijadikan sebagai prinsip metode pendidikan Islam, karena dengan asumsi bahwa pendidikan Islam adalah sebuah proses yang akan berlangsung terus menerus.[17] Sehingga dalam menggunakan metode pendidikan, seorang pendidik perlu memperhatikan kesinambungan pelaksanaan pemberian materi. Jangan hanya dengan mengejar target kurikulum, seorang pendidik menggunakan metode yang tidak efektif yang pada gilirannya akan memberikan pengaruh yang negatif pada peserta didik, karena peserta didik merasa dibohongi oleh pendidik.
3.    Fleksibel dan Dinamis
Metode pendidikan Islam harus digunakan dengan prinsip fleksibel dan dinamis. Sebab dengan kelenturan dan kedinamisan  metode  tersebut,  pemakaian metode tidak hanya monoton dan zaklik dengan satu macam metode saja. Seorang pendidik mampu memilih salah satu dari berbagai alternatif yang ditawarkan oleh para pakar yang dianggapnya cocok dan pas dengan materi, multi kondisi peserta didik, sarana dan prasarana, situasi dan kondisi lingkungan, serta suasana pada waktu itu.[18] Prinsip Kedinamisan ini, berkaitan erat dengan prinsip kesinambungan tersebut metode pendidikan Islam akan selalu dinamis bila disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.[19]
Jadi harusnya prinsip-prinsip yang harus diterapkan dalam menerapkan metode pendidikan Islam harusnya mempertimbangkan tiga hal pokok di atas karena dengan memperhatikan hal ini maka pelaksanaan metode pembelajaran dapat berjalan dengan baik sehingga tujuan dari pendidikan Islam dapat dicapai secara maksimal.
D.    Pemikiran Para Tokoh tentang Metode Pendidikan Islam
Para tokoh pendidikan Islam telah merumuskan berbagai metode pendidikan Islam diantaranya:
1.    Al-Gazali
Seyogyanya agama diberikan kepada anak sejak usia dini, sewaktu ia menerimanya dengan hafalan diluar kepala. Ketika ia menginjak dewasa, sedikit demi sedikit makna agama akan tersingkap baginya. Jadi, prosesnya dimulai dengan hafalan, diteruskan dengan pemahaman, demikianlah keimanan tumbuh pada anak tanpa dalil terlebih dahulu.[20]
Proses penuntutan anak dalam pendidikan ibarat penanaman benih. Sedangkan keyakinan dengan memberikan keterangan ibarat proses penyiraman dan pemeliharaan. Benih ini dapat tumbuh, berkembang dan meninggi bagaikan sebuah pohon yang baik lagi kokoh. Akarnya tertancap kekar dan cabangnya menjulang tinggi kelangit.[21]
Kutipan diatas menjelaskan tentang metode al-Gazali dalam menerangkan dan mengokohkan dasar-dasar agama dalam jiwa murid yang pada pokoknya dimulai dengan hafalan beserta pemahaman lalu disusul dengan keyakinan dan pembenaran. Sesudah itu ditegakkan dengan dalil-dalil dan keterangan-keterangan yang menunjang pengokohan aqidah. 
2.    Abdullah Nashih Ulwan
Selanjutnya Abdullah Nashih Ulwan, menguraikan pula empat macam yang harus dilakukan oleh pendidikan dirumah tangga (orang tua) dalam tanggungjawabnya mendidik keinginan anak. Antara lain:
a.         Menyuruh anak-anak semenjak awal membaca La ilaha Illallah
b.        Memperkenalkan sejak awal tentang pemikiran hukum halal dan haram.
c.         Menyuruh anak beribadah semenjak umur tujuh tahun.
d.        Mendidik anak cinta kepada rasul dan keluarganya serta cinta membaca al-Quran.[22]
3.    Muhammad Shalih Samak
Samak lebih memperinci metode mengajarkan Islam sebagai berikut:
a.         Pelajaran itu harus dikaitkan dengan kehidupan anak yang ada kaitannya dengan sekitar apa yang berlaku dengan lingkungan kehidupan.
b.        Persiapan guru mengajar harus dibuat dengan matang, sehingga dapat memberikan kesan pada peserta didik bahwa pendidiknya adalah seorang yang patuh dicontoh.
c.         Berusaha membangkitkan emosi peserta didik itu karena dengan membangkitkan emosi ini, dapat dibentuk akhlak yang mulia.
d.        Memperluas kegiatan agama diluar ruang belajar, seperti mengadakan persatuan keagamaan di sekolah untuk keperluan ibadah dan sosial kemasyarakatan.
e.         Hari-hari perayaan keagamaan atau kebangsaan hendaklah dipakai untuk menanamkan semangat agama dan kebangsaan untuk persatuan umat guna membangkitkan kesadaran agama.
f.          Pendidikan melalui tauladan yang baik oleh pendidik
g.        Menceritakan tokoh-tokoh agama maupun para pejuang Negara, untuk mengajarkan dan menekankan aspek kebaikan dan kemuliaannya dalam perjuangan hidup.
h.        Membiasakan praktek dan kebiasaan keagamaan semenjak anak masih kecil.
i.          Membiasakan praketk ibadah di sekolah-sekolah sekedar yang sanggup dilakukan peserta didik.
j.          Mewujudkan suasana kasih sayang dan hubungan harmonis antara pendidik dan peserta didik.
k.        Menggunakan pelajaran nasyid sebagai suatu cara untuk menanamkan semangat keagamaan.
l.          Mengadakan sandiwara atau drama dengan melakokan cerita-cerita keagamaan.
m.      Menyediakan waktu luang untuk ikut memecahkan problema yang dihadapi anak.
n.        Menyuruh anak-anak menghafal ayat-ayat al-Quran dan hadis.[23]

4.    Abd al-Rahman al-Nahlawi
An-Nahlawi mengemukakannya pula metode al-Quran dan Hadis yang dapat menyentuh perasaan yaitu:
a.         Metode hiwar (percakapan) Qurani dan Nabawi
b.        Mendidik dengan kisah Qurani dan Nabawi
c.         Mendidik dengan amtsal Qurani dan Nabawi
d.        Mendidik dengan memberi teladan
e.         Mendidik dengan pembiasaan diri dan pengalaman.
f.          Mendidik dengan mengambil Ibrah (pelajaran) dan Mauizah (peringatan).
g.        Mendidik dengan membuat senang (targhib) dan membuat takut (tahrib).[24]
5.    Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany
Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany Mengemukakan metode-metode adalah:
a.         Metode pengambilan kesimpulan-kesimpulan atau induktif. Metode ini dimulai dengan membahas dari bagian-bagian yang kecil untuk sampai pada undang-undang umum.
b.        Metode perbandingan (Qiyasiyah)
c.         Metode kuliah dengan menyiapkan pelajaran dan kuliah, mencatat materi yang penting, mengutarakan secara sepintas tentang yang penting tesebut, kemudian menjelaskan secara terperinci.
d.        Metode dialog dan perbincangan
e.         Metode lingkaran (halaqah), riwayat, mendengarkan dan membaca, dikte, hafalan, pemahaman dan lawatan.[25]
6.    Abdurrahman Saleh Abdullah
Abdurrahman Saleh Abdullah, mengemukakan beberapa metode pendidikan dan peranannya, yaitu:
a.         Metode cerita dan ceramah, tujuan yang hendak dicapai dari metode cerita dan ceramah adalah untuk memberi dorongan psikologis kepada peserta didik.
b.        Metode diskusi, Tanya jawab atau dialog. Teknik ini akan membawa kepada penarikan deduksi. Dalam pendidikan, deduksi merupakan suatu metode pemikiran logis yang sangat bermanfaat. Formulasi dari suatu prinsip umum diluar fakta ternyata lebih berguna sebab peserta didik akan dapat membandingkan dan menyusun konsep-konsep.
c.         Metode perumpamaan atau metafora. Penjelasan konsep-konsep abstrak dengan makna-makna kongkrit memberi gambaran yang jelas bagi peserta didik.
d.        Metode hukuman dan ganjaran. Efektivitas metode hukuman dan ganjaran berasal dari fakta yang menyatakan bahwa metode ini secara kuat berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan individu. Seorang peserta didik yang menerima ganjaran akan memahaminya sebagai tanda penerimaan kepribadiannya yang membuat merasa aman. Keamanan merupakan salah satu kebutuhan psikologis, sementara hukuman yang berkaitan dengan hal-hal yang tidak disukainya akan dapat menguatkan rasa aman tersebut.[26]
Dalam dunia pendidikan Islam, banyak tokoh yang telah memberikan sumbangsinya dalam dunia pendidikan sebgaimana beberapa tokoh yang telah dijelaskan di atas, dari beberapa model pembelajaran yang telah dipaparkan dapat menjadi bahan acuan untuk menerapkan metode pendidikan Islam.
Dari beberapa metode pembelajaran yang dipaparkan pula diharapkan para generasi pendidik Islam dapat menyesuaikan dengan kondisi pendidikan Islam masa kini dan memilih metode mana yang paling sesuai untuk diharapkan sehingga proses pembelajaran dapat berjalan efektif dan efesien dan hasil yang ingin dicapai dapat terealisasi.



[1]H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan Toeritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),  h.61.
[2]Ahmad Husain al-Liqani, Mu’jam al-Musthalabat al-Tarbawiyah al-Mu’arrafa fi al-Manahij wa Thuruqu al-Tadris (Mesir: Alam al-Kutub, 1996),  h.127.
[3]Shahih Abd. al-Aziz, Al-Tarbiyah al-Haditsah maddatuha, Mabadi’uha, Tathiqatuha al-Amaliyah(al-Tarbiyah wa Thuruq al-Tadris), (Kairo: Dar al-Maarif, 1119 H),  h.196.

[4]Muhammad Athiyah, al-Abrasyi, Rub al-Tarbiyat wal al-Ta’lim (Kairo: Isa al Babi al-Nalabi & Co),  h.257.

[5]Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisis Psikologi. (Jakarta: Al-Husna, 1986),  h.40.
[6]H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan Toeritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. h.198.
[7]Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992),  h.20.
[8]F.J Monks, et. Al, Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Aspeknya. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994),  h.21.
[9]Omar Mohammad al-Taoumy al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Terjemahan Hasan Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h.589.

[10]Syad Ahmad Ustman, al-Ta’allum Inda Burhan al-islam al-Zarnuji, (Kairo: Maktabah al-Anglo at-Misriyyah, 1989),  h.145.
[11]Muhammad Munir Munsyi, al-Tarbiyah al-Islamiyah, (kairo: Alam al Kutub, 1982),  h.135.
[12]Muhammad Munir Munsyi, al-Tarbiyag al-Islamiyah, h.136.

[13]Harun Nasution dan Bakhtiar Effendy, Hak Azasi Manusia dalam Islam, (Jakarta: Firdaus, 1987),  h.50
[14]Moh. Rifai’, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Jenmars, 1984),  h.111
[15]Omar Mohammad al-Taoumy al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Terjemahan Hasan Langgulung, h.591
[16]Syad Ahmad Ustman, al-Ta’allum Inda Burhan al-islam al-Zarnuji, h.154.
[17]H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan Toeritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. h. 200.

[18]Muhamimin dan Abd. Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Trigenda Karya, 1993),  h.241.
[19]Shalih Abd. al’Aziz dan Abd Aziz Abd al-Majid, Al-Tarbiyah wa Thuruq al Tadris, (Kairo: Dar al- Ma’arif, t.th.),  h.193.

[20]Al-Gazali, Ihya al-Din, h.23.
[21]Al-Gazali, Ihya al-Din, h.23.
[22]Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyah al-Uulad fi al Islam, (Dar al Salam, 1983), Jilid 1,  h.150-157.
[23]Muhammad Shalih Samak, Ilmu Pendidikan Islam,Terjemahan Wan Annah Yaacob dan Kawan-kawan, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pelajaran Malaysia, 1983),  h.36-39.
[24]Abd. Rahman al-Nahlawi,  Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung:  CV. Diponegoro, 1989),  h.304.

[25]Omar Mohammad al-Taoumy al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Terjemahan Hasan Langgulung, h.561
[26]Abdurrahman Saleh Abdullah,  Education Theory: a Qur’an Outlook. Edisi Indonesia. M. Arifin, Teori Pendidikan Menurut Al-Qur’an, (Jakarta:  Rineka Cipta, 1990),  h.205-220.


DAFTAR PUSTAKA

Arifin, H.M.  Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 1991.
al-Liqani, Ahmad Husain, Mu’jam al-Musthalabat al-Tarbawiyah al-Mu’arrafa fi al-Manahij wa Thuruqu al-Tadris, Mesir: Alam al-Kutub, 1996.

Shahih Abd. al-Aziz, Al-Tarbiyah al-Haditsah maddatuha, Mabadi’uha, Tathiqatuha al-Amaliyah(al-Tarbiyah wa Thuruq al-Tadris), Kairo: Dar al-Maarif, 1119 H.

Al-Abrasyi, Muhammad Athiyah, Rub al-Tarbiyat wal al-Ta’lim, Kairo: Isa al Babi al-Nalabi & Co.

Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisis Psikologi. Jakarta: Al-Husna, 1986.

Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1992.

F. J Monks, et al, Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Aspeknya.  Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994.

Al-Syaibany, Omar Mohammad al-Taoumy, Falsafah Pendidikan Islam, Terjemahan Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.

Ustman, Syad Ahmad, al-Ta’allum Inda Burhan al-islam al-Zarnuji, Kairo: Maktabah al-Anglo at-Misriyyah, 1989.

Munsyi, Muhammad Munir, al-Tarbiyah al-Islamiyah, Kairo: Alam al Kutub, 1982.  

Nasution, Harun dan Bakhtiar Effendy, Hak Azasi Manusia dama Islam, Jakarta: Firdaus, 1987.

Rifai’, Moh., Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Jenmars, 1984.           
Muhamimin dan Abd. Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, Trigenda Karya, 1993.

Shalih Abd. al’Aziz dan Abd Aziz Abd al-Majid, Al-Tarbiyah wa Thuruq al Tadris, Kairo: Dar al- Ma’arif, t.th.

Al-Ghazali, Ihya al-Din.

Nashih Ulwan, Abdullah, Tarbiyah al-Uulad fi al Islam, Dar al Salam, 1983.

Lihat Muhammad Shalih Samak, Ilmu Pendidikan Islam,Terjemahan Wan Annah Yaacob dan Kawan-kawan, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pelajaran Malaysia, 1983.

Al-Nahlawi, Abd. Rahman,  Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Bandung:  CV. Diponegoro, 1989.

Saleh Abdullah, Abdurrahman, Education Theory: a Qur’an Outlook. Edisi Indonesia. M. Arifin, Teori Pendidikan Menurut Al-Qur’an, Jakarta:  Rineka Cipta, 1990.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar