Minggu, 10 April 2016

DHAMIR



DHAMIR
(KATA GANTI)

UIN
 











MAKALAH
Dipresentasikan Dalam Seminar Matakuliah Remedial Bahasa Arab
Semester I Kelompok I Tahun Akademik 2015/2016
Ahad, 19 April 2015

Oleh

Ahmad Ari Suhud
80200214025

Dosen Pemandu:


Prof. Dr. H. Sabaruddin Garancang, M.Ag.
Dr. Munir, M.Ag.





PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN
MAKASSAR
2015
 


BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Bahasa Arab merupakan bahasa yang dinamik, bahasa yang kaya akan kaidah, struktur, dan kosakata. Selain itu bahasa Arab merupakan salah satu bahasa tertua di dunia dan memiliki beberapa keutamaan yakni bahasa al-Qur’an, bahasa Arab memerlukan penguasaan secara komprehensif sehingga pemahaman terhadap al-Qur’an dan Hadits dapat dipahami dengan baik. Adapun diantara ilmu tentang bahasa Arab yang harus kita pelajari adalah nahwu dan sharaf.
Kedua ilmu tersebut mempunyai nilai strategis dalam mengkaji ajaran agama Islam. Seseorang jika ingin menerjemahkan buku-buku yang berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia maka harus mempelajari dan  memahami ilmu nahwu dan sharaf secara baik. Jika seseorang tidak memahami ilmu nahwu dan sharaf maka ketika menterjemahkan buku-buku berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia terjadi banyak kesalahan, tentunya ketika banyak kesalahan dalam menterjemahkan maka akan keliru dalam memahami persoalan agama. Oleh karena itu mempelajari keduanya adalah sangat penting.
Atas dasar itulah kemduain karena untuk membaut bahasa arab tidak menjadi seperti bahasa lain ayng monoton maka salah satu sisi yang akan dibahas dalam makalah ini bagaimana kemudian bahasa arab memiliki peruabhan kata ganti (Dhomir) sehingga membuat pembaca tidak menjadi bosan karena menyajikan bacaan yang variatif.
B.       Rumusan Masalah
Berdasar dari latar belakang diatas maka pemakalah menarik beberapa rumusan masalah antara lain:
1.             Apa pengertian dari Dhamir?
2.             Bagaimana jenis-jenis dhamir dan bagaimana kedudukannya didalam kalimat?













BAB II
PEMBAHASAN
DHAMIR (Kata Ganti)

Isim dhamir dalam bahasa Indonesia adalah kata ganti. Kata ganti, sebagaimana kita ketahui ada 3 yaitu kata ganti orang pertama, kata ganti orang kedua dan kata ganti orang ketiga. Hal itu juga ada dalam tata bahasa Arab bahkan lebih rinci. Dhamir adalah bentuk kata ganti orang. Kata ganti atau dhamir memiliki kelompok kata tersendiri yang dalam ilmu nahwu disebut isim mabni yaitu isim yang tidak dapat berubah baris akhirnya walaupun bermacam-macam amil atau kata yang mempengaruhinya. Namun demikian kata-kata dhamir ini memiliki keunikan tersendiri karena dalam penggunaannya memiliki bentuk yang berbeda tapi maknanya sama.[1]
Sedangkan Muhammad Abdurrahim Adas memberi defenisi ism damir sebagai berikut:
الضمير اسم معرفة مبني يدل على المتكلم أو المخاطب أو الغائب، والضمائر هي: هو، هما، هم، هي، هما، هن، أنت، أنتما، أنتم، أنت، أنتما، أنتن، أنا، نحن.[2]
Damir adalah ism ma’rifah (hukumnya) mabni yang menunjukkan sipembicara, lawan bicara, dan siobjek bicara. Damir itu ada 14: Dia (1 lk), dia (2 lk), mereka (lk), dia (1 pr), dia (2 pr), mereka (pr), kamu (1 lk), kamu (2 lk), kalian (lk), kamu (1 pr), kamu (2 pr), kalian (pr), saya (lk/pr), kami/kita (lk/pr).
Dhamir merupakan isim (kata benda) yang berfungsi untuk menggantikan penyebutan kata-kata yang banyak dan menempati kata-kata itu dengan sempurna tanpa merubah makna yang dimaksud.Dhamir (kata ganti orang) dalam bahasa arab memiliki 14 bentuk. Adapun klasifikasinya sebagai berikut:
1.      Kata Ganti orang ketiga (ضمير الغائب)هو، هما، هم، هي، هما، هن،
2.      Kata Ganti orang Kedua ( ضمير المخاطب)أنت، أنتما، أنتم، أنت، أنتما، أنتن،
3.      Kata ganti Orang Pertama (  ضمير المتكلم)  انا، نحن   [3]
Jadi kata ganti ضمير  (dhamir) itu terdiri dari tiga criteria yaitu:الغائب  ghaib (orang ketiga), المخاطب mukhatab (orang kedua) dan  المتكلمmutakallim (pembicara). Selain itu ada juga perbedaan gendernya yaitu laki-laki dan perempuan serta jumlah yaitu mufrod (tunggal) dan, mutsanna (ganda) dan jamak (plural).
Dhamir terbagi 2, dhamir bariz (بارز) dan dhamir mustatir (مستتر). Dhamir bariz adalah dhamir yang Nampak atau punya bentuk (wujud) dalam lafaz, sedangkan mustatir adalah yang tersembunyi atau tidak punya bentuk (wujud) dalam lafaz.[4] Kedua bagian dhamir  ini masing-masing terbagi lagi dalam beberapa bagian.


A.  Dhamir Bariz
Dhamir Bariz ada 2 macam, bariz munfasil dan bariz muttasil. Al-Gulayaini dalam Jami’ al-Durus memberi defenisi dan contoh masing-masing sebagai berikut:
الضمير المنفصل: ما يصح الابتداء به، كما يصح وقوعه بعد (إلا) على كل حالكأنا من قولك: (أنا مجتهد، وما اجتهد إلا أنا).[5] الضمير المتصل: ما لا يبتدأ به ولا يقع بعد (إلا) إلا في ضرورة الشعر كالتاء والكاف من (أكرمتُكَ)، فلا يقال: (ما أكرمتُ إلاّكَ) وقد ورد في الشعر ضرورة، كما قال الشاعر: وما علينا إذا ما كنتِ جارتنا ألا يجاورنا إلاكِ دَيَّارٌ.[6]
Dhamir bariz munfasil adalah dhamir yang bisa terletak di awal kalimat dan bisa diletakkan setelah kata إلا. dalam setiap keadaan, seperti kata أنا dalam contoh kalimat: (أنا مجتهد، وما اجتهد إلا أنا). Adapun damir bariz muttasil adalah damir yang tidak bisa diletakkan di awal kalimat atau setelah إلا kecuali untuk kepentingan syair.

Para ulama nahwu kembali membagi keduanya ini dalam beberapa bagian. ‘Abduh al-Rajihi dalam bukunya Al-Tatbiq Al-Nahwi membagi sebagai berikut:
1.    Dhamir Munfasil
Dhamir Munfasil bisa berada pada posisi rafa’ atau nasb dan tidak pada posisi jarr.[7] Posisi rafa’ dimaksud bisa sebagai mubtada’, khabar, fa’il, naib al-fa’il (kedua terakhir setelah إلاatau إنما) sedangkan nasb sebagai maf’ul bih muqaddam.
a.       Rafa’ dimana dhamir berfungsi sebgai subjek yaitu diantaranya
هو، هما، هم، هي، هما، هن (للغائب)
أنت، أنتما، أنتم، أنت، أنتما، أنتن (للمخاطب)
أنا، نحن (للمتكلم)[8]
Contoh dalam kalimat : هو أستاذ في المدرسة (huwa ustadzun fii al madrosati) artinya dia adalah seorang guru disekolah. Jadi kata gantinya berupa هو (huwa) meruapakan kata ganti orang ketiga tunggal ضمير الغائب (dhamir ghaib) maskulin (laki-laki) yang mana kedudukannya sebagi subjek.
b.      Nashob dimana dhamir berfungsi sebagai objek yaitu kata (إيا) yang harus diikuti tanda (dhamir) yang menunjukkan siapa yang dimaksud.
إياي-إيانا-إياك- إياكما- إياكم- إياك- إياكما- إياكن- إياه- إياهما- إياهم- إياها- إياهما- إياهن
Contoh dalam kalimat   اياك نعبد و اياك نستعين (iyyaka na’budu wa iyyaka nasthoin) artinya “hanya kepadaMulah kami menyembah dan hanya kepadaMulah kami memohon pertolongan” . Jadi kata gantinya berupa  كka yaitu yang menunjukkan kata ganti orang kedua tunggal maskulin yang mana kedudukannya sebagai objek.
2.    Dhamir Muttasil
Dhamir muttasil adalah dhamir yang bersambung dengan akhir kata baik itu ism, fi’il atau harf dan bisa berada pada posisi rafa’, nasb atau jarr.[9] Dhamir muttasil merupakan kata ganti yang penulisannya bersambung dengan kata lain atau tidak bisa berdiri sendiri . damir muttasil ada 9 jenis ta تاء ” – naa نا wawu واو  - alif   الف-nun نون kafya كاف ha  هاء ya   ي dan haa ها .
Dhamir muttasil terdapat pada fi’il madhi (kata kerja lampau) fi’il mudhari’ (kata kerja sekarang) dan fi’il amar (kata perintah) dan kalimat kepemilikan (Possesive pronoun)
Dilihat dari segi fungsinya dhamir muttasil dibagi menjadi 3 yaitu:
1)      Rafa’ dimana kata ganti orang berfungsi sebagai subjek in terjadi pada kata kerja yang sedang dikerjakan (fi’il mudhari) dan kata perintah (fi’il amar). Contohnya  يكتبان الطالبان بالقلم (Yaktubaani at thoolibaani bi al-qolami) dua siswa laki laki sedang menulis dengan pena, pada kalimat tersebut kata ganti yang menunjukkan orang kedua jumlahnya dua dan berjenis laki-laki serta berfungsi sebagai subjek.
2)      Nashob dimana dhamir berfungsi sebagai objek. Contohnya ketika kata ganti digabungkan dengan kata kerja lampau (fi’il maadhi) dan kata ganti digabung dengan preposisi atau katadepan (kharful jar) seperti  نصره(Noshorohu) artinya laki laki telah menolongnya. Kata gantinya yaitu berupaه (Hu) yang mana menunjukkan orang ketiga tunggal laki laki dan kedudukannya sebagai objek.
3)      Jar dimana dhamir berfungsi sebagai sifat (adjective). Contohnya : ketika kata ganti digabungkan kata benda sehingga menunjukkan kepemilikan seperti  كتابها(kitabuhaa) artinya bukunya (dia perempuan satu) jadi kata gantinya berupa  ها(haa) yang mana menunjukkan kata ganti orang ke III tunggal dan berjenis kelamin perempuan.
a). Kata ganti berfungsi sebagai objek ketika digabungkan dengan kharfu jar (preposisi), contohnya آليك (ilaika) artinya kepadamu, kata gantinya berupa ك(Ka) yang menunjukkan arti orang keII tunggal laki-laki.
b).  kataganti yang menunjukkan arti kepemilikan (possessive pronoun) yaitu ketika kata ganti orang digabungkan dengan kata benda(isim)dan disebut dengan susunan Idhofa (frase) sehingga menunjukkan arti kepemilikan, contohnya: قلمهاqolamuhaa artinya penanya. Kata gantinya berupa dhomir  ها(haa) yang menunjukkan arti orang ketiga tunggal perempuan. Alilmulahufawaaiduhu[10]artinya ilmu itu memiliki manfaat“
B.   Dhamir Mustatir
Dhamir mustatir yaitu kata ganti yang tidak terlihat atau tidak tampak tetapi bermakna Dhamir mustatir terbagi 2, mustatir jawazan[11] dan mustatir wujuban[12]. Apabila menunjukkan dhamir gaib maka dinamakan mustatir jawazan dan apabila menunjukkan dhamir hadir (mutakallim/mukhatab) dinamakan mustatir wujuban.[13]
1.      Wujuban (Nampak), yaitu kata ganti yang ada pada beberapa keadaan sebagai beirkut:
a.       Ketika kata ganti orang berada pada kata kerja yang sedang dilakukan (fi’il mudhori) yang berupa kata ganti orang pertama mutakallim (orang yang berbicara) Contohnya  أقرأ aqrou artinya saya sedang membaca, jadi kata gantinya berupa saya dengan wujud hamzah (أ)
b.      Ketika kata ganti orang berada pada kata kerja perintah (fi’il amar) yang berupa kata ganti orangke II mukhatab contohnya :  أكتبuktub artinya tulislah, jadi kata gantinya berupa  أنت anta artinya kamu tunggal laki-laki
Ada pengecualian yakni dhamir هو  (huwa)  ketika kata ganti orang berada pada kata yang menunjukkan ta’jub (kata interjektif) contohnya ماأجمل البدر(maa ajmala al badru) artinya alangkah indahnya bulan itu, jadi kata gantinya berupa هو  (huwa) artinya dia berjenis kata benda laki-laki dan tunggal yang berada dalam kata yang menunjukkan takjub. Ada beberapa pendapat dari ulama Nahwu bahwa damir gaib bisa menjadi damir mustatir wujuban, diantaranya yang populer adalah damir هو sebagai fail pada bab al-ta’ajjub dengan bentuk (ما أفعل) contohnya: ما أكرم العربي, sebagai fail dari fi’ilنعم dengan syarat ism yang dijelaskan adalah ism nakirah contohnya: نعم قائدا خالد, dan sebagai fa’il dari fi’il-fi’ilistisna (خلا وعدا وحاش) contohnya: (جاء الناس خلا زيدا).
Hal ini sebagaimana kita ketahui bahwa ada kaidah yang mengatakan: لكل قاعدة استثناء artinya pada setiap kaidah ada (saja) pengecualian.

2.      Jawaz (tidak Nampak atau tersembunyi). Kata ganti orang terdapat pada kata kerja yang sedang dilakukan yaitu pada kata ganti orang ketiga tunggal baik laki-laki (ghaaib) maupun perempuan (ghaaibah) contohnya:كتب  (kataba) artinya dia laki-laki sedang meulis   كتبت (katabat) artinya dia perempuan sedang menulis, jadi kata gantinya tersembunyi tetapi memilki arti didalam bahasa arab disebut muqoddar.
















BAB III
KESIMPULAN
            Dari pembahasan di atas berikut pemakalah dapat menarik beberapa kesimpulan diantaranya:
1.      Dhamir itu terbagi menjadi 14 yaitu
هو و هما و هم و هي و هما و هن و أنت و أنتما و أنتم و أنت و أنتما و أنتن و أنا و نحن
2.      Dhamir (Kata ganti ) ditunjukkan untuk kata ganti orang ketiga (ghaib atau ghaibah), orang kedua (mukhatab atau mukhatabah) dan orang pertama mutakallim
3.      Dhamir (Kata ganti) menunjukkan jenis laki-laki dan perempuan dan jumlah (tunggal, double atau plural).
4.      Dhamir munfashil adalah kata ganti yang tidak bersambung dengan kata yang lainnya posisinya bisa berposisi sebagai rafa maupun nashob.
5.      Dhamir muntassil adalah dhamir yang bersambung dengan kata yang lainnya dapat berposisi sebagai rafa, nashob dan jar.
6.      Dhamir mustatir adalah dhamir yang tersembuny  i atau tidak disebut dalam kalimat namun memiliki arti inni dibagimenjadi dua ada yang berbentuk dhamir Jawazan dan ada yang dhamir Wujuban.





DAFTAR PUSTAKA
Abduh al-Rajihi, Al-Tatbiq al-Nahwi Beirut: Dar al-Nahdah al-‘Arabiyyah, 1405 H

Adas, Muhammad ‘Abdurrahim ‘,  Al-Wadih fi Qawaid al-Nahwi wa al-Sarfi, Cet. I; Oman: Dar Majdalawi, 1990.

Ahmad Hasyim, ‘Ali Sultan, dan Hasan al-Sya‘ir, Muzakkarat al-Nahwi t.t: t.p, 1410H.

Al-Gulayaini, Mustafa, Jami’ al-Durus al-‘Arabiyyah, Juz I Cet. XXIX; Beirut: Al-Maktabah al-‘Asriyyah, 1994 M/1415 H

Arra’ini , Syekh Syamsuddin Muhammad Ilmu Nahwu Terjemahan Mutammimah Ajurumiyah terj. Moch Anwar & Anwar Abu Bakar, Bandung : Sinar baru Algesindo. 2013

Baalbaki, Rohi. Al-Mawrid: A Modern Arabic-English Dictionary. Cet. VII; Beirut-Lebanon: Dar el-‘Ilm Lilmalayin, 1995.

Hamid , Muhammad  Muhhyidin  Abdul  ,  At-Tuhfa As-Saniyah (syarah Ajjurumiyah). Trjh. Abu Abdillah Salim bin Subaid.,Tegal :Ash-Shaf media, 2008.

Fuad Ni’mah, mulakhkhas Qawaid Al-lughah Al ‘arabiyah. Beirut: Daruh as-tsaqafah Al Islamiyah, tth.

Rappe, Kaidah Perubahan Kata-Kata dalam Bahasa Arab Makassar : Alauddin University Press, 2012.

Salsabilah, Abu Hilya. Empat Langkah Membaca dan Menerjemahkan KitabGundul: Metode Assakiy., Bekasi: Penerbit Ukhuwatuna. 2012



[1] Rappe, Kaidah Perubahan Kata-Kata dalam bahasa Arab (Makassar : Alauddin University Press, 2012) h. 77.

[2]Muhammad ‘Abdurrahim ‘Adas, Al-Wadih fi Qawaid al-Nahwi wa al-Sarfi (Cet. I; Oman: Dar Majdalawi, 1990), h. 65.
[3] Muhammad Muhhyidin Abdul Hamid, At-Tuhfa As-Saniyah (syarah Ajjurumiyah). Trjh. Abu AbdillahSalim bin Subaid (Tegal : Ash-Shafmedia, 2008), h. 177-179

[4] Ahmad Hasyim, ‘Ali Sultan, dan Hasan al-Sya‘ir, Muzakkarat al-Nahwi (t.t: t.p, 1410 H), h. 25.

[5] Mustafa al-Gulayaini, Jami’ al-Durus al-‘Arabiyyah, Juz I (Cet. XXIX; Beirut: Al-Maktabah al-‘Asriyyah, 1994 M/1415 H), h. 119.

[6] Mustafa al-Gulayaini, Jami’ al-Durus al-‘Arabiyyah,, h. 116.
[7]Abduh al-Rajihi, Al-Tatbiq al-Nahwi (Beirut: Dar al-Nahdah al-‘Arabiyyah, 1405 H), h. 35.
[8]Abu Hilya Salsabilah., Empat Langkah Membaca dan Menerjemahkan Kitab Gundul: Metode Assakiy.,(Bekasi : Penerbit Ukhuwatuna. 2012) h.234

[9]Abduh al-Rajihi, Al-Tatbiq al-Nahwi., h. 37.
[10]Fuad Ni’mah, mulakhkhas Qawaid Al- lughah Al ‘arabiyah. Beirut: Daruh as-tsaqafah Al Islamiyah, tth. h.116

[11]Rohi Baalbaki,Al-Mawrid: A Modern Arabic-English Dictionary.( Cet. VII; Beirut-Lebanon: Dar el-‘Ilm Lilmalayin. 1995).,h. 438.

[12]SyekhSyamsuddin Muhammad Arra’ini Ilmu Nahwu Terjemahan Mutammimah Ajurumiyah terj.Moch Anwar & Anwar Abu Bakar, (Bandung :Sinar baru Algesindo. 2013)., h.80.

[13]Abduh al-Rajihi, Al-Tatbiq al-Nahwi h. 43.

3 komentar:

  1. Karya ilmiahnya tentang Dhomir (kata ganti) sangat bagus. Saya minta izin mengcopinya. Terima kasih sangat bermanfaat.

    BalasHapus
  2. جزاك الله خير الجزء

    BalasHapus